Saturday, May 21, 2011

negri santa clause


Suasana stasiun kereta api Stockholm.

Kereta api SJ Nattåg (kereta malam) yang di tumpangi ini adalah kereta reguler. Selain kereta ini, ada pula beberapa kereta ekspres (bernama X2000), yang hanya melayani jalur-jalur tertentu seperti Stockholm-Malmo dan Stockholm-Goteborg dan waktu tertentu terutama siang hari.


Interior gerbong tidur di kereta malam menuju Östersund.

Perjalanan kereta ini akan berakhir di Åre, kota resor ski di perbatasan Swedia-Norwegia, kita akan berhenti di Östersund — sebuah kota yang jadi salah satu tujuan utama penduduk Swedia ketika musim dingin untuk olahraga atau rekreasi seperti ski, sledding & snowmobiling.

sampai di Östersund, Nya Pensionatet, sebuah hotel sederhana yang sebenarnya merupakan sebuah unit apartemen dengan lima kamar. Dengan harga 400 krona (sekitar Rp 520 ribu) per malam, hotel ini punya fasilitas menyenangkan: sarapan, tempat tidur ternyaman selama perjalanan ini, kopi dan teh gratis 24 jam, serta mesin cuci bebas pakai (termasuk deterjen).

 
Balai kota Östersund.

Tak ada kereta listrik bawah tanah, tak ada lalu lintas kendaraan roda empat atau roda dua yang hiruk pikuk. Banyak tempat berjalan kaki, banyak waktu menikmati danau Storsjön, salah satu danau terluas di Swedia.

Sayang, musim panas sudah berlalu, karena ternyata kapal uap mungil S/S Thomée penelusur danau itu hanya beroperasi dari bulan Juni sampai September setiap tahunnya. Telat!

Sebenarnya, di sepanjang perbatasan Swedia-Norwegia terdapat banyak sekali kota resor musim dingin yang terletak lebih tinggi Östersund, sebut saja Åre di sebelah barat atau Riksgränsen di utara. Tapi Östersund jadi pilihan ideal terutama untuk keluarga karena infrastrukturnya — akses, hotel, tempat makan dan berbelanja.

Kegiatan liburan yang ditawarkan pun lebih banyak dari sekadar olahraga ski. Östersund memiliki nilai sejarah dan budaya yang cukup tinggi. Suatu waktu, provinsi Jamtland pernah dikuasai oleh Norwegia, lalu diperebutkan oleh perserikatan Denmark-Norwegia, sebelum pada akhirnya jatuh ke tangan Swedia.

Secara religius, ternyata masyarakat Jamtland lebih memilih untuk bergabung dengan Swedia. Walau pernah menjadi saksi perebutan kekuasaan, Östersund dan Jamtland ternyata juga menjadi pemersatu antara Norwegia dan Swedia. Dibangunnya rel kereta api menuju Östersund dari sisi Norwegia (Trondheim) maupun Swedia (Sundsvall, lalu ke Stockholm) merupakan infrastruktur penting bagi kelancaran perdagangan dan persahabatan antara penduduk Norwegia dan Swedia. Seketika, Östersund menjadi tempat yang strategis untuk singgah.

Lalu, ada kisah masyarakat Saami, yang semi-nomaden, yang bermukim di utara Jamtland. Keberadaan masyarakat Saami sangat dihargai pemerintah Swedia, Norwegia, Finlandia dan Rusia. Karena budaya, bahasa dan cara hidup masyarakat ini terancam punah oleh modernisasi, pemerintah kota pun Östersund membangun sebuah museum agar generasi muda Swedia dapat menghargai keberadaan masyarakat Saami. Museum ini bernama Museum Jamtli.


Jembatan di distrik Frösön.

hanya menghabiskan waktu satu hari di kota mungil ini dengan berkeliling dengan bis yang berakhir ke sebuah gereja di seberang danau, lalu berjalan kaki 6 km sampai ke pusat kota lagi menyisiri danau, melewati perumahan penduduk yang sepi ditemani pohon-pohon tinggi dan rindang, sambil menikmati udara sejuk. Dua jam untuk diri sendiri bersama alam.

goulash — makanan favorit para penduduk untuk menghangatkan badan dengan sajian penuh lemak. Isinya pun sangat menggiurkan: gilingan daging sapi, irisan bawang merah, sayuran, bumbu-bumbu dan taburan serbuk paprika direbus bersama di atas panci dan diaduk menjadi satu. Warnanya yang kemerahan dengan asap yang mengepul membuat siapa saja menjadi berselera. Koin sejumlah 59 krona (sekitar Rp 80 ribu) menjadi penebus rasa lapar ini!

meninggalkan Östersund untuk mengejar tujuan utama saya: melintasi garis Lingkar Arktik (Arctic Circle). Ini sebuah garis semu di atas permukaan bumi yang menandakan batas antara daerah Arktik dan subtropis.

berangkat dari stasiun kereta api Östersund yang mungil itu sekitar pukul 21.00, menumpang kereta jarak dekat menuju kota Bräcke di tenggara. Perjalanan ini memakan waktu satu jam. Tiba di Bräcke, menunggu satu jam lebih untuk rangkaian gerbong yang akan membawa ke Narvik, Norwegia. Suhu malam hari itu mendekati 0°C dan tak berangin.




Perjalanan ini membelah sisi timur laut Swedia sebelum berbelok ke arah barat di Boden, lalu berlanjut ke Gällivare, menembus perbatasan melalui Riksgränsen. Setengah perjalanan ini akan dilalui pada malam hari sampai matahari terbit.

Pemandangan antara Boden dan Narvik adalah salah satu pemandangan kereta api terindah yang pernah anda lihat. Ke mana pun mata memandang, semuanya serba putih tertutup salju.

Kontur lanskap cenderung datar dengan sedikit bukit di sana-sini berselimutkan salju. Sinar matahari yang masih jingga berpadu dengan langit yang sungguh biru jernih. Sesekali, kereta melewati sungai yang membeku. Kami juga melintasi Lingkar Arktik di pertengahan jalan antara Boden dan Gällivare. Tanpa penanda apa pun, kejadian itu berlangsung cepat. Tiba-tiba saya mampir ke pekarangan Kutub Utara!



Di dalam gerbong, penumpang lain sudah mulai bangun dari tidurnya dan bergegas ke kereta makan untuk membeli makanan dan minumannya sendiri. Paket sarapan senilai hampir Rp 100 ribu berisikan roti isi dan secangkir kopi, teh, atau susu.

(Tidak ada nasi goreng atau “zuppa soup” ala kereta api Parahyangan di sini).

Kereta berhenti di hampir setiap stasiun, walau hanya sepuluh menit. Di satu stasiun, terdengar suara para anggota keluarga yang berpelukan dan melepas rindu, di tengah hamparan salju tebal yang menutupi peron.

Di stasiun lain, terlihat petugas membersihkan tumpukan salju yang sangat tebal. Ada juga yang tampak membawa anjingnya berkeliling. Kebanyakan stasiun kereta api di sini tak punya pagar dan hanya berupa peron sederhana.

Guna menghindari penumpukan salju pada beberapa bagian, pemerintah membangun beberapa kanopi kayu berbentuk segitiga yang sayangnya, agak mengganggu kegiatan menikmati pemandangan.



Semakin mendekati perbatasan Swedia-Norwegia, jumlah penumpang gerbong semakin berkurang. Rasanya mereka yang ikut sampai Narvik adalah warga negara Norwegia sendiri. Ketika melalui perbatasan, masinis mengumumkan dan memberi ucapan selamat datang ke Norwegia.

Seketika, lanskap berubah drastis! Kontur datar di Swedia tiba-tiba berganti ekstrem: perbukitan dengan tebing curam, disambung dengan aliran air dari hulu dengan bebatuan yang berserak.

Pohon-pohon ramping yang tumbuh di tebing securam itu membuat saya ternganga. Pemandangan berubah menjadi fjord (semacam teluk yang tercipta dari lelehan gletser) bertabur salju, lalu berliuk-liuk, kemudian memberi jalan pada sekumpulan rumah mungil bercat warna-warni yang ada di tebing seberang.

Peralihan yang begitu drastis, namun magis dan penuh pesona. Lanskap Norwegia adalah karya Tuhan yang termasyhur. Komposisinya mencengangkan.

Satu jam kemudian, kota Narvik terlihat dari atas bukit di kejauhan. Terletak di pinggiran fjord, kota ini sangat cantik. Tak terbayang oleh saya, bagaimana kota ini sempat jadi saksi pertempuran antara koalisi Jerman-Austria yang hendak menduduki Norwegia yang dibantu Inggris.



Narvik, menjadi “negeri antah-berantah”  Jam 1 siang dengan Suhu waktu itu masih 0-2 °C. Perjalanan 15 jam ini diakhiri dengan rasa puas, namun penasaran.

Total biaya yang dikeluarkan


Stockholm - Östersund (7 jam): Sleeper train, 565 krona (sekitar Rp 750 ribu)
Östersund - Bräcke (1 jam): Seat, 63 krona (sekitar Rp 85 ribu)
Bräcke - Narvik (13 jam): Sleeper train, 529 krona (sekitar Rp 708 ribu)
(Di luar makanan dan minuman)

Tips: Semua tiket kereta api dapat dibeli online (dengan kartu kredit) melalui website Statens Järnvägar (SJ) di http://www.sj.se.

Bukti reservasi dicetak sendiri untuk ditukarkan dengan tiket sebenarnya di stasiun. Semua bahasa dalam tiket adalah bahasa Swedia, jadi pastikan Anda bertanya kepada petugas peron tentang gerbong dan kompartemen yang benar. Siapkan makanan sendiri supaya hemat. Pilihlah penginapan didekat stasiun.

Sumber : www.ranselkecil.com

No comments:

Post a Comment