Friday, November 5, 2010

"67 years loving him"

Hari ini hari yang membahagiakan untukku. Ketika seorang temanku mengajak aku untuk hang out bersama teman-temannya. Dan kalian tau ada siapa disana? Yah ada Dia !! Rasanya hati ini terbang kelangit ketujuh, melompat-lompat girang. Tak hanya aku yang senang, tapi kedua sahabatku yang mengetahui setiap detail perasaanku akan dia ikut bahagia untukku. Akhirnya aku bisa dikenalkan dengan dia setelah 5 tahun aku hanya menaruh rasa padanya. Terima kasih untuk teman-temanku yang selalu membantu untuk kebahagianku. Tanpa mereka mungkin tidak akan ada hari ini. :)
            Perasaan campur aduk dalam perjalanan membuat tanganku dingin dan berkeringat. Deg-degan didalam hati ini serasa ingin membuatku mundur. Aku takut!! Takut menghadapi resiko yang ada nantinya. Tapi teman-temanku terus menyemangatiku dalam perjalanan, sampai akhirnya kami tiba di mall, mall yang akan menjadi saksi hari bahagiaku dengan dia. (I wish :))
            Kaki ini lemas rasanya ketika aku sudah sampai disuatu restaurant tempat kami janji bertemu. Apalagi begitu melihat senyum penuh arti teman-temannya dan teman-temanku. Oh Tuhan beri aku kekuataan, jangan sampai aku melakukan hal bodoh didepannya. Doaku dalam hati. Aku berusaha sebiasa mungkin, tersenyum semanis mungkin didepannya. Dan tiba waktu yang aku tunggu-tunggu sekian lama. Sahabatnya yang juga temanku mulai memperkenalkan kami.
            “Kenalin temen-temenku.” Katanya memperkenalkan dan membiarkan kami saling berjabat tangan.
            Detik itu, detik dimana dia mengulurkan tangannya untuk menyalami tanganku adalah detik awal mula dimana semuanya seolah menjadi baik. Dibalik tampang diam dan angkuhnya ternyata dia begitu ramah, walau memang dia tak sesupel teman-temannya yang lain. Tapi paling tidak dia sama sekali tidak jaim atau pun sok didepanku, apalagi menjauhiku. Karena aku tau pasti diantara dia dan teman-temannya pasti sudah mengetahui tentang aku yang menyukai dia sejak dulu. Lega rasanya. Semoga ini awal yang baik untuk hubunganku, walau aku pernah berkata aku tidak mengharap lebih.
JJJ
            Hari itu awal semuanya!! Bulan November yang terindah yang pernah aku rasakan. Bertepatan dengan ulang tahun ke 20nya saat itu, hubunganku dengan dia semakin erat. Entahlah aku GR atau tidak, yang pasti sekarang aku mendapat jawabannya. Meski untuk meyakinkan hatinya sendiri aku yang terbaik untuk dirinya membutuhkan waktu hampir satu tahun, itu tak membuat aku bosan. Menunggu 1 tahun lagi untuk mendapatkan semuanya bukan hal yang sulit, karena sudah 5 tahun aku lalui dengan kesendirianku untuk menunggunya.
            Beberapa jam lagi, aku merayakan ulang tahunku yang ke19 dengan perasaan yang jauh berbeda dibandingkan ulang tahunku sebelumnya. Pikiranku terus menebak-nebak hadiah apa yang akan aku dapatkan nanti. Dari sahabat-sahabat baruku dan dari dia. Aku tak bisa  tidur, menghabiskan waktu dengan online. Membunuh rasa deg-degan yang aku ciptakan sendiri. Tepat 12.00 dilaptopku, pintu kamar kostku diketuk. Aku membuka pintu dengan jantung yang berdegup semakin kencang. Dan didepan mataku dia berdiri sembari tersenyum, menyodorkan sebuah kue tart kecil berhiaskan lilin 19th.
            “Happy birthday sayangg.” Ucapnya. Aku hanya terdiam. Terpana dengan setiap kata yang diucapkan, terpana melihat senyum yang terus mengembang dibibirnya. Oh God ini hanya mimpi atau memang nyata?
            “Kok diem aja? Ayo ditiup!!” Panggilan anak-anak yang lain menyadarkanku. Aku menutup mata, memanjatkan rasa syukurku. Lalu meniup lilin itu. Anak-anak kost dan sahabatku bergantin memeluk dan mengucapkan wishes mereka untukku.
            “I think I know from my heart and I can’t ignore anymore is I Love You. Tonight I ask you. Would you be my princess?” Tanyanya. Matanya menatapku, tangannya menggenggam tanganku, sama sekali tak menghiraukan banyak pasang mata yang menatap kearah kami. Wajahku panas, tanganku dingin, jantungku berdetak tak karuan. Aku binggung harus bagaimana menjawab. Matanya tak lepas sedikit pun menatapku. Aku melihat kesungguhan disana. Dan satu hal yang tak pernah bisa ku lakukan, akhirnya ku lakukan dimalam yang akan menjadi sejarah percintaanku ini. Aku menguatkan hatiku menatap matanya dan tersenyum manis. Aku memberinya jawaban lewat tatapan mataku. Setelah itu tiba-tiba saja dia balas tersenyum dan menarikku kedalam pelukannya. Jujur, yang aku tau this is not his style. Dia pemalu, bahkan sedikit pun tidak romantic. Sahabat-sahabatnya yang mengenal dia lebih lama dari pada aku mengatakan itu padaku.
            “Thanks give me chance to love you.” Bisiknya ditelingaku. Ketika dia melepaskan pelukannya, sorak riuh dari anak-anak membuatku malu bukan main. Potongan kue pertama pun akhirnya aku suapkan untuk dia setelah anak-anak mericuhiku. Bahagia malam ini membuatku tidur nyenyak dengan senyum indah. Semoga ini akan abadi. :)
JJJ
Tiga tahun kemudian…
            Bukan waktu yang singkat untuk suatu hubungan. Tak terasa sudah 1095 hari kami saling mencintai. Waktu yang cukup lama untuk anak muda seperti kami yang terkadang masih egois. Ternyata kami berhasil melalui semuanya. Kami berhasil menjaga hubungan kami, walau pun setahun belakangan ini dilalui dengan long distance. Karena aku memutuskan mengambil skripsi dan magang di Jakarta sesuai cita-citaku. Dia mendukungku. Sama sekali tak mempermasalahkan jarak dan waktu yang mungkin akan menggoyahkan hubungan ini. Dia percaya akan kekuatan cinta kami, dan itu membuatku juga semakin yakin cinta ini akan bertambah kuat dengan cobaan seperti ini.
            Dengan waktu yang berjalan itu juga, tak hanya hubunganku dengan dia yang semakin dekat, tapi juga hubunganku dengan keluarga besarnya dan sahabat-sahabatnya begitu juga hubungan dia dengan orang-orang terdekatku. Semua menerima aku dengan tangan terbuka layaknya sudah lama mengenal. Tak jarang aku diajak untuk ikut acara-acara keluarganya, diperkenalkan dengan keluarga besarnya. Bahagia dan lega itu perasaanku saat itu. Merasa diterima tanpa pernah dipandang orang luar. Apalagi kedua orang tuanya dan kakak laki-lakinya. Mereka menganggapku benar-benar seperti keluarga sendiri. Perasaan seperti ini yang banyak diinginkan wanita-wanita lain diluar sana. Perasaan diterima dengan terbuka oleh keluarga besar dan sahabat-sahabatnya. And thanks God, I get it. :)
JJJ
Tepat ditahun ketiga anniversary kami dan diumurku yang ke22 tahun ini, dia berani mengajakku untuk membuat satu komitmen lagi. Suatu perubahan yang lebih serius untuk hubungan kami kedepannya.
            Malam itu sebenarnya aku cukup sedih. Mengingat hari ini adalah anniversary dan ulang tahun pertamaku yang benar-benar sendiri dikota metropolitan ini. Tanpa sahabat-sahabat dekatku, tanpa keluargaku dan tanpa dia. Aku tidak mendapat ijin untuk cuti walau hanya sebentar, karena program yang aku pegang memang sedang kejar tayang. Aku duduk termenung dikamar kost kecil yang aku sewa tak seberapa jauh dari stasiun tv swasta tempat aku bekerja. Menatap laptop, sambil sesekali membalas sms yang masuk berisi ucapan selamat dari teman-temanku. Dia, keluarga dan sahabat-sahabatku sudah menelpon tepat jam 12 malam tadi. Hanya itu yang aku dapat dari orang-orang yang biasa selalu memberiku kejutaan di hari jadiku.
            Tiba-tiba saja pintu kamar kostku diketuk seseorang. Dengan malas-malasan aku berjalan membukakan pintu. Dan surprise…!! Dia berdiri didepan pintu kamarku membawa tiramisu berukuran 4x4 dengan sebatang lilin kecil yang menyala.
            “For the second time, Happy birthday my wise girl.” Ucapnya  lalu memelukku dan menuntunku masuk kedalam kamar. Tetap tak melepaskan sedikit pun pelukannya. “Heyy, uda dulu peluknya. Make a wish terus tiup lilinnya. Ntar meleleh ni.” Aku melepaskan pelukanku, berdoa beberapa saat dan meniup lilin itu. Dia mencium keningku dan memelukku sekali lagi.
            “Be wise and mature, beib. Love you.” Ucapnya disela-sela pelukannya. Aku menangis. Menangis haru karena bahagia. Aku begitu rindu dia, dan malam ini dihari bahagiaku dia tetap datang memberikanku sebuah surprise. Thanks God, he still give me the sweetest gift  through his actions. :) “Ganti baju gih, kita makan malam.” Dia mendorongku kearah lemari pakaian dan dia keluar menungguku didepan kamar.
            Aku berusaha tampil secantik mungkin dengan baju seadanya yang aku bawa dari Surabaya. Aku benci disaat aku tidak bisa tampil beda dihari special seperti ini. Aku keluar dari kamar dengan tampang sedikit kecut sambil mengunci pintu.
            “Kenapa lagi mukanya dilipet gitu?” Tanyanya menyadari wajahku yang sedang bête.
            “Ga apa-apa. Ayuk!!” Ajakku, sembari menggandeng tangan kekarnya yang sudah beberapa bulan ini tak pernah ku genggam. “Kita berangkat naik apa?” Aku baru sadar kalau kami tidak mempunyai kendaraan disini.
            “Nih.” Dia mengangkat sebuah kunci mobil.
            “Punya siapa?” Tanyaku bingung.
            “That's what friends are for.” Senyumnya kembali mengembang.
            “Tau jalan emank?” Godaku.
            “Udah tenang aja, kamu hari ini tetap jadi ratu. Duduk diam disamping aku. Okay madam?” Dia membukakanku pintu dan membiarkan aku masuk. “Kenapa sih kok bête?” Tanyanya dalam perjalanan.
            “Kita mau makan dimana? Aku ga punya baju bagus lho, ini doank yang paling bagus menurutku.” Omelku. Dia tertawa.
            “Jadi ini yang buat kamu bête? Emang kenapa sama baju kamu? Bagus kok. You still beautiful. Trust me.” Dia tersenyum, membelai rambutku lembut.
            Dia benar-benar mengenal setiap jalan yang kami lewati. Seperti sudah lama tinggal dikota ini. Dan sampailah kami disuatu café yang cukup sepi karena waktu yang memang sudah cukup malam. Hanya terlihat beberapa orang yang duduk terpisah-pisah jaraknya. Pelayan café itu mengantarkan kami kesuatu pojok café dengan view Jakarta dimalam hari. Setelah memesan makanan, sembari menunggu dia mengajakku berbicara serius. Melihat mimik wajahnya yang tiba-tiba berubah serius membuatku cukup tegang.
            “Mau ngomong apa sih?” Tanyaku pelan sambil terus mengamati perubahan wajahnya. Dia hanya diam dan menyodorkan sebuah map coklat padaku. Aku mengambilnya dan membukanya pelan-pelan. And surprise again…!!
            “Nilai terbaik dari mahasiswi terbaik yang selalu berusaha. I’m proud of you girl.” Selorohnya. Yah..itu surat dari kampus yang menyatakan aku lulus dengan nilai baik, dan aku akan diwisuda Maret tahun depan. Satu mimpi terbesarku berhasil aku lewati dengan baik. Mom, Dad this is for you. Ucapku dalam hati.
            Selesai makan, dia pergi meninggalkanku dan berbisik-bisik dengan seorang pelayan. Entah hal apa lagi yang dia siapkan untukku malam ini. Mengapa dia mendadak jadi cowok super romantic malam ini?  Pikirku lalu tersenyum sendiri. Dia kembali membawa sebuah gitar yang dipinjamnya.
            “Mau nyanyi? Emank kamu bisa?” Tanyaku dengan polosnya. Dia hanya diam, tersenum penuh arti. Beberapa saat kemudian petikan gitar dan suaranya yang memang tidak seberapa bagus, tapi mampu membuatku terhanyut. Dia mampu membuatku terdiam dengan setiap lirik yang dinyanyikanya. Because of you-keith martin, lagu favoriteku sejak dulu. The third surprise from him…!!
            Meletakan gitarnya, dia berdiri dan duduk disampingku. Mengangkat tangan kananku dan memasukan sebuah cincin dijari manisku. “I hope we can be more than just dating. Aku ngerasa kita uda sama-sama dewasa, dan bisa melangkah untuk komitmen yang lebih serius lagi. Gimana?”
            “Are you serious?” Tanyaku masih binggung bercampur shock.
            “Emang aku keliatan becanda?” Dia balik bertanya.
            “Gimana dengan kedua orang tua kita?”
            “Aku uda bicarain ini semua sama mama papa aku dan mama papamu, sebelum aku ngambil keputusan ini. Sekarang hanya tinggal jawaban kamu yang aku tunggu.” Dia kembali menatap mataku tajam. Aku mengangguk dan tersenyum padanya. Yah malah itu keputusan besar aku ambil lagi. Aku siap melangkah bersama dia kedalam suatu hubungan yang lebih serius. Dia memelukku erat. Empat hal berharga terjadi malam ini, ditanggal special ini.
JJJ
            Ketika acara wisudaku berlangsung, kedua orang tuaku datang dari Kalimantan untuk menghadiri acara penting itu. Ketika namaku dipanggil sebagai salah satu dari beberapa mahasiswa berprestasi lainnya dan ketika kaki ini mulai melangkah menaiki podium, aku menyempatkan menoloh melihat sinar kebahagian dan rasa bangga dari kedua mata orang tuaku. Mereka tersenyum. Senyum samar. Tapi aku tau ada rasa yang begitu bahagia yang mereka rasakan. Gemuruh tepuk tangan dari hadirin yang datang membuat mataku tiba-tiba berkaca-kaca. Ingin sekali rasanya aku berlutut mengucap syukur pada Tuhan saat itu juga. Aku terlalu terharu dengan semua yang Tuhan berikan padaku sampai saat ini.
            Ketika acara itu selesai, diluar aku menemui kedua orang tuaku, tanteku yang selama ini menjagaku selama di Surabaya, dia dan kedua orang tuanya. Aku hampir saja melompat kedalam pelukan mama dan papaku. Aku memeluk mereka lama sekali, dan air mata pun tak mampu kubendung. Aku menangis, begitu juga mama.
            “Kamu sudah membuktikan kamu mampu menjadi yang terbaik.” Bisik mama disela-sela pelukan kami. “Mama bangga sama kamu.”
            “Ini semua untuk mama dan papa. Karena cita-citaku adalah membuktikan kalau aku mampu membuat kalian bangga dan bahagia.” Jawabku. Setelah itu, bergantian mereka semua mengucapkan selamat padaku. Siapa yang menyangka aku dapat lulus dengan nilai yang hampir sempurna, padahal aku akui aku bukanlah anak yang pintar. Sering kali aku mengabaikan tugas-tugas dan ujian-ujianku. Tak jarang aku bolos kuliah hanya karena aku malas. Tetapi aku dapat membuktikan dengan itu semua aku tetap bisa menjadi yang terbaik.
JJJ
            Setelah selesai hari wisudaku, beberapa hari kemudian aku kembali ke Jakarta karena aku harus kembali bekerja. Aku diterima menjadi karyawan resmi di stasiun tv tempat aku magang kemarin. Jadilah aku kembali menjalani hubungan jarak jauh ini dengan dia. Tiap hari hanya handphone dan internet yang menjadi media kami untuk berkangen-kangen ria. Beberapa bulan sekali jika ada jadwal kosong dari kerjaku aku menyempatkan diri untuk pulang. Bertemu dengan dia, keluargaku dan sahabat-sahabat kami. Sedangkan dia, tetap bekerja disuatu perusahaan rokok terbesar di Surabaya. Sesekali dia dikirim keluar kota untuk mengurus cabang atau hanya sekedar rapat dengan beberapa manager dari cabang lain.
            Begitu terus hubungan kami berjalan selama setengah tahun ini. Pernah beberapa kali kami ribut. Ribut hal-hal sepele. Mungkin hanya rasa kangen kami yang membuat kami jadi sedikit lebih sensitive. But we can finish it. Terlalu banyak masalah lebih berat yang sudah kami lewati. Jadi pertengkaran-pertengkaran kecil kami itu hanya seperti bumbu untuk hubungan kami ini.
            Disuatu malam ketika aku sedang punya jadwal untuk libur dan menyempatkan pulang ke Surabaya, dia mengajakku makan malam diluar. Hal yang sangat jarang kami lakukan saat ini. Tiba-tiba dia membahas masalah pernikahan. Dia merasa empat tahun waktu yang cukup untuk memantapkan hati untuk hal ini. Dan jujur dia katakan, dia siap untuk membawaku membentuk suatu keluarga kecil. Aku terkejut mendengar hal itu. Tapi aku juga senang karena ternyata dia mengganggap hubungan ini bukanlah sesuatu yang main-main. Aku menyanggupi tawaran dia. Dan malam itu juga dia membicarakan hal itu pada kedua orang tuanya. Sesuai tebakan, kedua orang tuanya pun langsung menyanggupi. Apalagi mereka melihat 25 adalah umur yang sudah cukup matang untuk menjadi kepala rumah tangga.  Kami mengatur waktu, dalam tiga hari aku, dia dan kedua orang tuanya sudah ada di Kalimatan untuk membahas masalah ini dengan kedua orang tuaku.
            Malam setelah makan malam dengan kedua orang tuanya, mama sempat menanyaiku lagi mengenai hal ini. Walau pun mama memang tak keberatan sedikit pun tentang hal ini.
            “Apa benar kamu siap? Pernikahan bukan hal yang mudah lo.” Mama mengingatkanku.
            “Aku yakin aku sudah cukup dewasa untuk semua keputusan yang aku ambil. Dan aku yakin dia yang terbaik ma.” Jawabku dewasa.
            “Mama memberi hak sepenuhnya untuk kamu, kalau kamu rasa dia yang terbaik. Ya sudah lanjutkan. Berdoa sama Tuhan untuk lebih memantapkan hati kamu.” Nasehat mama. Malam itu, mama dan papa benar-benar melepaskanku untuk menjadi milik orang lain. Dan malam itu aku memantapkan hatiku untuk berkomitmen lebih jauh.
JJJ
            Tanggal sudah ditentukan. 06 Oktober 2015. Kami memutuskan tanggal bahagia yang menyimpan banyak kenangan itu sebagai hari penikahan kami. Biar satu kenangan lagi tertoreh ditanggal itu. Kami mulai menyiapkan segalanya. Karena tinggal 5 bulan lagi hari itu tiba. Saat kami membahas tanggal perkawinan kami, dia dan kedua orang tuanya memintaku untuk berhenti bekerja. Karena jarak Jakarta-Surabaya yang cukup jauh memang cukup menjadi beban. Apalagi kami ingin merancang sendiri acara sakral ini.
            Tepat dibulan Agustus aku mengundurkan diri dari stasiun tv tempat ku bekerja hampir setahun ini. Aku kembali ke Surabaya. Mengurus semuanya. Dia menyerahkan sepenuhnya setiap detail acara pernikahan ini padaku, walau pun setiap pengambilan keputusan tetap kami putuskan berdua. Aku mengingat benar kata-kata dia hari itu “I just gave you a chance to realize your dream wedding. Because I know, a beautiful wedding is the dream of all women” Begitu ucapnya, membuatku tersenyum bahagia. Dan memeluknya erat.
            Hari itu tiba, hari dimana aku memakai gaun putih anggun impian semua wanita. Dituntun oleh papa menuju altar sebuah capel di Bali. Dan dia, dibalut tuksedo putihnya berbalik menungguku dengan senyum bahagia layaknya seorang pangeran didepan altar. Menerima tanganku yang diserahkan papa padanya, dan berlutut menghadap altar didepan seorang pendeta. Setiap kata yang keluar dari mulut pendeta itu pun mulai mengucapkan sebuah janji yang kami ucapkan dihadapan Bapa. Dan ketika setiap doa dan janji itu selesai dibacakan. Kami saling memakaikan cincin. Dia memelukku. Mengecup keningku lembut dan saat itu aku resmi menjadi istrinya.
            Dia menuntunku keluar. Kami menyambungnya dengan acara resepsi kecil-kecilan untuk keluarga dan sahabat-sahabat kami. Private party. Disaat matahari mulai terbenam berganti cahaya lampu dan lilin-lilin kecil yang menyala, membuat suasana semakin romantis dan akrab kami berdansa. Ketika itu dia mencium bibirku. Aku berhasil menjaga komitmenku untuk hanya memberikan ciuman pertamaku untuk suamiku. Dan saat ini aku menyerahkannya pada dia. Suamiku.
            Satu hari yang indah. Walau rasa lelah melanda seluruh tubuku. Tetapi aku mengabaikan semuanya. Hari itu aku adalah ratunya, dan aku harus berbahagia menyambut setiap tamu yang datang. Senyum juga tak pernah lepas dari wajah dia. Tatapan penuh cintanya masih aku rasakan bahkan bertambah dalam.
JJJ
            Keesokan harinya, kami berdua sudah terbang untuk melanjutkan honeymoon kami. Dia membawaku untuk berkeliling beberapap negara yang ada di Eropa. Sungguh pesta perkawinan dan honeymoon yang aku impikan. Dia mewujudkan semuanya. Hampir satu bulan kami berjalan-jalan menikmati honeymoon kami. Pergi dari satu negara ke negara lain. Merasakan bagaimana dinginnya salju. Melihat bagaimana indahnya eiffel dimalam hari. Mencoba romantisnya naik gondola di Venecia. Yahh itu hanya sebagian kota yang kami kunjungi. Indah bukan? :)
            Sekembalinya kami dari honeymoon, dia kembali bekerja. Dan aku hampir mati kebosanan dirumah. Karena aku hanya diberi tugas mengurusi rumah. Sampai suatu malam, dia menanyakan tentang keinginanku dulu untuk melanjutkan S2-ku diluar negri disela-sela waktu kami sebelum tidur. Aku mengatakan bahwa keinginan itu sepenuhnya tidak pernah hilang. Aku masih ingin mengejarnya. Hanya saja aku sekarang tidak bisa lagi memutuskan itu sendiri. Karena aku harus meminta persetujuan dia. And you know what? Dia menyodorkan sebuah amplop coklat berlogokan nama perusahaan tempat dia bekerja. Ketika aku membuka dan membaca setiap kalimat itu, aku menoleh menatapnya tanpa bisa berkata apa pun. Surat pemindahannya ke Amerika untuk bekerja disana sembari meneruskan S2. Dia mendapat beasiswa!!
            “Aku ikut seneng. You still the best!!” Ucapku lalu memeluknya.
            “And thats mean, you can continue your master in US, too.” Dia memberi tahu. Aku tersenyum membalas setiap kalimat yang dia ucapkan.
             “Thank you.” Selorohku lalu memeluknya hangat.
JJJ
            Beberapa bulan setelah malam itu, kami berangkat. Kami tinggal di L.A entah untuk berapa lama. Yang pasti kami akan bersama-sama mengejar impian kami disana. Masih ada gelar master yang ingin kami capai. Dan karena itu, kami memutuskan untuk menunda keinginan kami untuk punya anak.
            Setahun sudah kami tinggal disana, terpisah dari keluarga kami masing-masing. Sempat kami pulang beberapa bulan yang lalu selama satu bulan. Menghabiskan waktu dengan keluarga dan sahabat-sahabat kami. Pergi berlibur dengan mereka, melepaskan rindu kami akan Indonesia dan Bali. Setelah itu karena memang hanya sebulan liburan musim panas yang diberikan kampus kami, mau tidak mau kami harus kembali ke L.A. Meneruskan kembali hidup kami disana.
            Hanya butuh dua tahun, diumurku yang ke 25 tahun dan dia 27 tahun kami telah berhasil menambahkan gelar itu dibelakang nama kami dan masih dengan salah satu mahasiswa dengan nilai terbaik. Dan dihari wisuda itu, Tuhan juga mengirimkan suatu kabar gembira untuk keluarga besar kami. Aku hamil!! Tuhan menambahkan satu lagi hadiah untuk kami. Kedua orang tua kami yang datang khusus untuk menghadiri wisuda kami terlihat begitu bahagia saat itu. Rasanya sudah begitu tidak sabar untuk menimang buah hati kami. Selama Sembilan bulan penuh aku diperlakukan dia layaknya seorang ratu. Dia melayaniku dan menjagaku begitu ekstra.
            Beberapa hari sebelum jagoan kecil kami akan terlahir kedunia ini, kedua mama kami datang untuk membantu ku mengurus anak pertama kami. Maklum ini pengalaman pertamaku dan jujur aku cukup takut dan gugup menjalani semuanya. Tapi dia, terus berada disampingku. Bahkan dihari kelahiran, dia dengan setia mendampingi aku. Menggengam tanganku erat. Aku berjuang. Kali ini aku benar-benar merasakan bagaimana sakitnya mama dulu saat melahirkan aku. Benar-benar mempertaruhkan nyawa demi aku. Dan kini aku melakukan hal yang sama untuk jagoan kecilku. Ketika tangisan bayi pecah dan memenuhi ruangan operasi, air mata dan senyum bahagiaku pun keluar. Dia pun terlihat sekali begitu lega. Dikecupnya keningku yang penuh keringat.
            “You did it, beib. Our little hero was born. You great!” Bisiknya. Aku tersenyum lemah membalas kata-katanya.
JJJ
            Kelahiran anak pertama kami membuat kami memutuskan untuk tetap menetap di L.A. Terlebih dia juga telah diangkat menjadi manager tetap disana. Jadilah hari-hariku dirumah sebagai ibu rumah tangga. Aku benar-benar mengurus sendiri rumah dan keperluan jagoan kecil kami. Benar-benar merasakan bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang seutuhnya. Oiya aku hampir lupa, kami menamai jagoan kecil kami Keenan Standish Louis. Keenan kami ambil dari bahasa Israel yang berarti Pemilik dan Standish dalam bahasa Inggris yang mengartikan selalu diberkati dan kebahagiaan sedangkan Louis adalah nama akhir dari dia. Kami menyimpan doa dibalik nama tersebut. Pemilik kebahagiaan yang selalu diberkati. Kira-kira begitu artinya. Dan kami memanggilnya Ken.
            Ketika Ken berumur 2 tahun, aku melahirkan kembali seorang putri kecil sebagai teman bermain untuk Ken. Namanya Annabelle Samantha Louis. You can call her Belle. In English Belle means beautiful. Sedangkan untuk arti sebenarnya, Annabelle yang kami ambil dari bahasa Celtic berarti kegembiraan dan Samantha dari bahasa Aramic yang berarti mendengarkan. Kami mendoakan putri kecil kami selalu mendengarkan kegembiraan dimana pun dia berada.
            Mereka berdua kami rasa sudah cukup untuk meramaikan kediaman kami. Apalagi kami juga memikirkan biaya hidup yang tidak murah di Negara maju seperti L.A. Walau pun memang saat ini kami masih mampu menghidupi mereka dengan cukup layak.
JJJ
            Sudah empat tahun lebih aku sama sekali tidak pulang ke Indonesia. Aku rindu akan keluargaku dan teman-temanku disana. Kami memang belum bisa pulang karena harus menunggu hak pindah warga Negara kami keluar. Karena dengan segala pertimbangan kami memutuskan untuk menjadi warga Negara Amerika. Selain karena pekerjaan dia yang memang mengharuskan kami tinggal di L.A lebih lama lagi, juga kami memikirkan tentang sekolah dan masa depan kedua buah hati kami.
            Ketika hak pindah warga Negara kami keluar, kami langsung merencanakan liburan kami satu keluarga ke Indonesia. Kami membawa kedua buah hati kami untuk berkenalan dengan sanak saudara meraka di Indonesia. Dirumah, kami berbahasa Indonesia dengan mereka. Walau pun memang bahasa Indonesia mereka tidak seberapa fasih, paling tidak mereka mengerti setiap bahasa yang kami ucapkan.
            Sesampainya kami dibandara Indonesia, mama dan papanya menyambut kami begitu hangat. Kami kangen dengan panasnya Indonesia dan keramahan orang-orang Indonesia. Kami juga sempat mengajak kedua anak kami pergi berlibur menikmati pantai-pantai indah di Bali. Menunjukan pada mereka capel tempat dimana kedua orang tua mereka ini mengikat janji dihadapan Tuhan. Tanpa terasa ternyata sudah hampir 8 tahun kami menikah. Waktu berlalu begitu cepat.
JJJ
Empat puluh dua tahun kemudian…
            Saat ini aku telah 72 tahun hidup didunia ini. Beberapa hari lagi usiaku bertambah. Dan syukur aku masih diberi kekuatan, kebahagiaan dan umur yang panjang oleh Tuhan. Begitu juga dengan dia. Anak-anak kami sudah berhasil dalam pekerjaan dan keluarganya masing-masing. Bahkan mereka masing-masing telah memberiku 2 pasang cucu yang lucu-lucu. Kami masih menetap di L.A walau pun dia sudah pensiun cukup lama. Kembali ke Indonesia tidak menjadi rencana kami karena kami merasa perlu mengawasi kehidupan remaja kedua anak kami saat itu. L.A kota yang sangat kacau dengan pergaulan bebas. Dan kami tak akan membiarkan kedua anak kami terjerumus dalam hal-hal itu sebelum mereka cukup dewasa untuk hidup sendiri. Kami memang tinggal dan telah menjadi warga Negara disana, tapi kebudayaan yang kami pegang dan kami akui benar tetaplah kebudayaan timur. Karena tidak bisa kami pungkiri didalam darah kami mengalir darah Indonesia yang sangat kental.
            Aku, dia, kedua anak dan menantu kami juga cucu-cucu kami terbang kembali ke Indonesia untuk liburan dan merayakan hari jadiku yang ke 73 yang menjadi satu dengan hari anniversary pernikahan kami yang ke 50. Gold Annivesary Wedding. Tak terasa aku dan dia sudah sampai tahap itu. Dulu ketika aku masih mencintai dia secara sepihak, tak pernah sedikit pun aku berfikir akan ada hari ini. Tetapi rencana Tuhan indah untukku. Dan terjadilah hari ini. :)
JJJ

Prolog…
            Dari awal ketika mata ini menjatuhkan pilihan pada dia dan hati ini memutuskan untuk mencinatai dia. Sama sekali tak pernah terbesit pun didalam pikiranku sampai bisa sejauh ini bersama dia. Aku dan dia benar-benar dipersatukan Tuhan dalam ikatan pernikahan, kami hidup bahagia dengan anak-anak dan cucu-cucu yang membuat hidup kami terasa lengkap. Sampai pada akhirnya dia pergi meninggalkanku untuk menyiapkan tempat terakhir kami disana. Disisi Bapa. Setahun kemudian, aku menyusulnya. Diumurku yang ke 80 dan di 57 tahun pernikahan kami, aku pergi menemui dia. Kembali kesisinya. Memulai kehidupan kami yang baru dialam baru. Membangun kembali rumah tangga kami untuk kedua anak kami yang nantinya juga pasti akan berkumpul bersama-sama kami lagi. Disana kami juga berkumpul dengan orang tua kami yang juga telah lebih dulu pergi mendahului kami.
            Tanggal 6 bulan 10 menjadi hari yang begitu banyak menorehkan kenangan untuk hidupku. Tanggal dimana aku dilahirkan 80 tahun yang lalu. Tanggal dimana aku bersatu dengan dia, cinta pertamaku setelah aku menunggu selama 6 tahun. Tanggal dimana dia melamarku untuk bertunangan sembari menyanyikan lagu favorite-ku. Tanggal dimana hasil wisudaku keluar, dimana aku membuktikan aku mampu memberi kebanggan untuk kedua orang tuaku. Tanggal dimana akhirnya hubungan kami dipersatukan di altar gereja dihadapan Tuhan. Tanggal dimana dia dipanggil Tuhan untuk menyiapkan tempat untukku. Dan tanggal dimana aku kembali mendampingi dia di dunia yang baru. Mungkin menurut kalian semua cerita ini hanya khayalanku saja. Tetapi memang beginilah kenyataannya. Ini benar rencana Tuhan untuk hidupku.
            Enam tahun aku menunggu dia. Tiga tahun kami berpacaran sampai dia mengajakku bertunangan. Dan Satu tahun berikutnya kami sudah resmi menjadi suami istri. Lalu lima puluh tujuh tahun kami hidup bersama. Pikirkan betapa sayangnya Tuhan padaku. Dia membalas penantian dan pengorbananku selama enam tahun aku menunggu dengan segala sakit yang aku rasakan, dengan enam puluh satu tahun bersama dia. God's wonderful plan for each of us. :)

~Happily Ever After~ 

By : Agnes Angelina Khurniawan
Surabaya, 03 November 2010

No comments:

Post a Comment